Sudut Pandang

SENSUS PENDUDUK 2023 & POTRET PETANI

OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA

Sensus Pertanian 2023 merupakan kegiatan yang sangat penting kita lakukan. Sebagai langkah untuk “menyempurnakan” data yang dihasilkan 10 tahun lalu, Sensus Pertanian yang ke 7 kali ini pun akan menentukan bagaimana potret pertanian dan gambaran petani berbasis angka dan aspirasi langsung keluarga besar pertanian di negeri ini.

Itu sebabnya, menjadi sangat wajar jika penyelenggaraan Sensus Pertanian 2023, harus mampu menghasilkan data yang semakin berkualitas. Kita percaya, Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai penanggungjawab utama pelaksanaan Sensus Pertanian 2023, bakal memberi karya terbaiknya bagi kejayaan bangsa dan negara.

Lemahnya sosialisasi penyelenggaraan Sensus Pertanian 2023, tidak menutup kemungkinan membuat pelaksanaan Sensus Pertanian kali ini, kurang sesuai dengan apa yang ditargetkan. Bayangkan, beberapa bulan ke depan Sensus Pertanian 2023 bakal digelar, hingga kini jarang terdengar kampanye soal Sensus Pertanian 2023 itu sendiri.

Isu Sensus Pertanian seperti yang kalah pamor dengan meroketnya harga beras di pasaran. Hampir semua petinggi negara terhipnotis oleh bertenggernya harga beras yang cukup tinggi. Walau saat ini panen raya berlangsung dan beras impor sudah membanjiri pasar, Pemerintah masih belum mampu menurunkan harga beras.

Ini betul-betul serius untuk ditangani. Presiden sendiri telah meminta Badan Pangan Nasional untuk segera menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras serta Harga Eceran Tertinggi (HET). Restu Presiden ini ditindak-lanjuti dengan menaikkan HPP Gabah dan Beras sebesar 19 persenan, yang ditetapkan beberapa hari lalu.

Kita berharap dalam waktu dekat harga beras di pasaran akan turun sehingga menciptakan harga yang wajar. Masalahnya adalah apakah psikologi merangkaknya harga kebutuhan pokok menjelang bulan romadhon dan Idul Fitri akan dapat dijawab dengan kenaikan HPP ? Rasanya hal ini bukan hal yang mudah untuk diselesaikan. Kita butuh terapi khusus untuk menjawabnya.

Kembali ke soal Sensus Pertanian 2023. Kampanye penyelenggaraan Sensus Pertanian 2023, kelihatannya sudah harus ditingkatkan sosialisasinya kepada masyarakat, khususnya keluarga besar pertanian di seluruh Tanah Air. Kesan nyaris tak terdengar, penting digantikan dengan suasama yang lebih semarak. Mari semarakan pelaksanaan Sensus Pertanian 2023.

Adanya data yang dirilis BPS terkait dengan pendapatan petani yang cukup memilukan, mestinya menjadi fokus penting dalam menentukan bagaimana sebetul nya potret petani dalam suasana kekinian. Para perancang kuisener yang akan disampaikan ke responden, tentu telah nenyiapkan nya denfan baik.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengungkapkan 72,19 persen petani di Indonesia merupakan petani skala kecil dengan rata-rata pendapatan bersih sebesar Rp 5,23 juta dalam setahun. Atau Rp. 435.833 – per bulannya. Dihitung rata-rata per harinya adalah sebesar Rp. 14.527,-

Betapa memilukannya nasib petani kecil di negeri ini. Mereka seperti yang susah untuk berubah nasib. Seabrek kebijakan yang digulirkan Pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat mereka ke arah yang lebih baik, tampak lebih mengedepan sebagai sebuah cita-cita. Realitanya, mereka tetap saja hidup sengsara dan terjebak dalam lautan kemiskinan.

Sensus Pertanian 2023 diharapkan akan mampu menghasilkan data dasar terkait tentang gambaran pertanian dan petani dalam kondisi terkini, sehingga menjadi sangat relevan untuk digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan jangka panjang. Data ini penting, sehingga kita dapat menjawab pertanyaan : benarkan selama ini ada kebijakan yang ingin meminggirkan pertanian dari pentas pembangunan ?

Lalu bagaimana dengan petani nya sendiri ? Apakah betul jumlah kaum muda yang enggan berkiprah menjadi petani semakin membengkak jumlahnya ? Mengapa mereka memilih untuk mengadu nasib ke kota-kota besar dengan penghasilan yang tidak menentu ? Jawaban semacam ini, tentu sangat diperlukan, agar kita dapat merumuskan solusi terbaiknya.

Selanjutnya, apakah betul, kaum muda enggan jadi petani, karena profesi petani tidak lagi mampu memberi jaminan untuk hidup sejahtera bagi mereka yang menekuninya ? Apakah kaum muda bakal tertarik jika penghasilan petani hanya sebesar Rp. 14.527- per hari ? Apa yang bisa digunakan dengan penghasilan sebesar itu, selain hanya untuk memperpanjang nyawa kehidupan ?

Dengan suasana yang demikian, pantas saja kalau para orang tua yang sekarang ini menjadi petani, melarang anak-anak mereka untuk berkiprah sebagai petani. Mereka lebih memilih untuk menjual sawah ladang yang dimilikinya demi membiayai anak-anak mereka untuk dapat mencapai jenjang pendidikan yang lebih baik. Mereka percaya dengan pendidikan yang tinggi akan mampu merubah potret kehidupannya.

Akhirnya, seiring dengan perjalanan waktu, Sensus Pertanian 2023 bakal menjemput kita. Kita berharap data yang di dapat, bukan hanya sekumpulan angka yang “tak mampu bicara”. Kita ingin data itu memiliki nyawa, sehingga betul-betul berguna untuk dasar perencanaan yang lebih berkualitas.

(PENULIS, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *