News

KOMUNITAS KAMI PEDULI, MEMBANTU SEKOLAH MINGGU BUDDHA DHARMA SEMADHI

Buleleng,- Komunitas Kami Peduli (KKP) adalah kumpulan orang-orang yang peduli pada kondisi masyarakat yang belum beruntung. Meski dengan kemampuan yang terbatas, pihak KKP akan terus berusaha untuk memberikan bantuan, guna meringankan beban masyarakat. Apalagi saat ini dalam kondisi masih pandemi, dan virus corona masih terus bermutasi.
Hari Minggu (7/8) siang ybl, pihak KKP mengunjungi kegiatan Sekolah Minggu Buddha Dharma Semadhi, di kawasan Desa Tajun (Buleleng bagian Timur). Kegiatan itu diselenggarakan oleh Forum Kekeluargaan Mahasiswa Buddist Univ. Udayana (FKMBU). Acara yang diselenggarakan antara lain, acara pembinaan anak-anak, pemberian sumbangan sembako, dan ber-gotong royong di kawasan tsb. Kegiatan itu dilakukan sehari penuh.
Pembina kegiatan sekolah minggu, Putrawan, mengatakan bahwa kegiatan itu diadakan secara rutin. Putrawan adalah dosen Agama Budha di Univ. Udayana. Tujuan kegiatan adalah, agar ada interaksi antara mahasiswa dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian diharapkan ada rasa peduli, dari kalangan generasi muda terhadap masyarakat di sekitar kampusnya.
Untuk pelaksanaan kegiatan itu, Ir. Aswin Pangestu memberikan bantuan, yang digunakan untuk kegiatan tsb. Rombongan KKP terdiri, Ir. Aswin Pangestu, Cik Lily, Kevin Pangestu, Romo Singgih Prayitno, SE, MPd, Encik Yudo, Mira Wijayanti, SE, MM, dan Prof. Wayan Windia.
Pada kesempatan itu, Prof. Windia memuji kegiatan yang dilakukan oleh FKMBU. Karena aktivitas itu sangat membantu untuk meningkatkan soft skill mahasiswa. Disebutkan bahwa mahasiswa tidak saja harus cerdas (melalui oleh pikir), tetapi juga harus peduli (melalui olah rasa), jujur (melalui olah hati), dan juga harus sehat (melalui olah raga). Bahwa dengan keempat olah itu akan terbentuk soft skill berupa karakter yang hebat.
Windia juga mengatakan bahwa kegiatan sekolah minggu juga telah membangun toleransi dengan agama lain, yakni Agama Hindu. Buktinya, kegiatan sekolah minggu Agama Budha itu di lakukan di sebuah halaman dan ruangan yang dimiliki oleh keluarga yang beragama Hindu. Setelah tamat dan bermasyarakat, peristiwa ini tidak boleh dilupakan katanya. Bahwa sejak mahasiswa telah mencerminkan adanya pelaksanaan toleransi antar agama. (ww).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *