Agro

Wanita Tani Indonesia Provinsi Bali, Mendorong Digitalisasi KWT di Bali menuju Ekonomi Kerthi Bali.

Denpasar- Adanya pandemi Covid-19 berdampak besar dalam berbagai sektor, terutama pada sektor pariwisata di Provinsi Bali. Di dalam situasi krisis ini, sektor pertanian adalah salah satu sektor pendukung pariwisata yang memiliki pertumbuhan positif dalam pembangunan dengan tingkat pertumbuhan 1,6 hingga 1,8 persen. Bali selama ini mengandalkan sektor pariwisata, akan tetapi dengan adanya pandemi justru dapat dijadikan momentum menata pertanian menuju revolusi 4.0.  Kebutuhan pangan Bali pada situasi normal masih dipasok luar daerah dan produk impor.  Oleh sebab itu, saatnya pertanian Bali bangkit dan berkembang tidak hanya pasar nasional tapi internasional. Pertanian menjadi salah satu sektor kunci perekonomian domestik, terutama untuk mendorong ketahanan pangan nasional, serta mengantisipasi krisis makanan global. Untuk itu, diperlukan penguatan peran perempuan dalam membangun pertanian.

Ketua Wanita Tani Indonesia Provinsi Bali, Tutik Kusuma Wardhani mengungkapkan bahwa selama ini, program yang telah dilakukan adalah pembinaan pertanian di sektor hulu dan pemasaran produk. Salah satunya dengan mengikuti pameran ditingkat lokal maupun nasional seperti yang rutin diikuti adalah Festival Agribisnis yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh Pemprov. Bali di Lapangan Renon Denpasar. Berbagai produk seperti Sayur mayur dan buah-buahan segar, tanaman anggrek, produk olahan daging dan ikan, produk pangan dari bambu tabah, berbagai olahan coklat organik, serta produk herbal yang tentunya hasil karya KWT lokal kita di Bali. Kegiatan lain yang sifatnya pengabdian kepada masyarakat juga kami lakukan seperti penghijauan serta penyuluhan pertanian dan peternakan. Untuk meningkatkan kualitas diri kami juga telah mengikuti pelatihan hidroponik, pelatihan membuat eco-enzyme, dan pelatihan membuat pupuk kompos yang tentunya wajib diikuti oleh seluruh anggota WTI Bali.

Ibu tiga orang anak dengan sapaan akrab Tutik ini, menyebutkan bahwa saat ini pembinaan Kelompok Wanita Tani (KWT) dilakukan seluruh Kabupaten/Kota tidak hanya pada sektor hulu, tetapi juga harus didukung pada sektor hilir melalui penguatan digitalisasi pada produk olahan pertanian. Hal ini sejalan dengan konsep Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru : Hijau, Tangguh, Sejahtera dengan mentransformasi atau menggeser pariwisata; dan kembali menuju ke kekuatan yang sejak masa lalu hingga selama ini dimiliki Bali, yakni sektor 1) Pertanian dalam arti luas (organik); 2) Kelautan dan Perikanan; 3) Industri; 4) IKM, UMKM, dan Koperasi; terbaru 5) Ekonomi Kreatif dan Digital; serta sektor 6) Pariwisata sebagai bonusnya. Peta jalan tersebut harus ada aksi nyata dari Pemerintah Provinsi Bali yang berkolaborasi dengan seluruh stakeholder pemerintahan di Pusat, Kabupaten/Kota agar menghasilkan output dan outcome. Untuk mewujudkan pertanian tangguh dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani, diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas.

Pembinaan program yang dilakukan WTI Prov. Bali, bukan hanya penting difokuskan pada sisi peningkatan produksinya saja namun juga  harus difokuskan pada mindset mengacu pada digitalisasi. Untuk mencapai food security, dimana produksi pangan mampu memenuhi kebutuhan dan juga terjangkau harganya, membutuhkan inovasi yang lebih dari pada penyediaan pasar. Dibutuhkan inovasi digital di sektor produksi sehingga meningkatkan produktivitas dan kualitas tetapi harganya tetap lebih terjangkau. Jika pertanian seperti dulu, mungkin generasi muda tidak tertarik, tetapi kalau pertanian modern dengan menggunakan teknologi digitalisasi, maka ini akan menarik anak-anak muda untuk berprofesi di dunia pertanian. Karakteristik ekonomi digital oleh pelaku cenderung memiliki konsep yang mengutamakan kolaborasi dan sinergi antar pihak, oleh sebab itu ekonomi digital mampu mengangkat usaha kecil dan menengah untuk memasuki bisnis dunia. Ciri ekonomi digital adalah melakukan perdagangan global dan banyak memotong rantai sehingga memberi keleluasaan partisipasi pasar. Dalam era digitalisasi, hal itu menjadi sebuah keharusan sehingga memberikan dampak kesejahteraan dan kemakmuran. Namun pembangunan pertanian tidak mungkin berdiri sendiri diperlukan dukungan semua pihak.

Organisasi ini hadir sebagai wadah untuk memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi perempuan tani dalam peran serta dan tanggung jawabnya, demi terciptanya pertanian yang tangguh dan masyarakat yang sejahtera dengan mensinergikan berbagai potensi dan peluang yang ada, guna mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan Kelompok Wanita Tani dalam tata perekonomian nasional yang berkeadilan. DS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *