Agro

Antisipasi Penularan PMK, HKTI Bali Bersama Universitas Dwijendra, WTI Bali & Komunitas Eco Enzyme Nusantara Melakukan Penyemprotan Kandang Ternak

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) provinsi Bali terus konsisten didalam melaksanakan pendampingan terhadap petani. Hari ini (minggu, 5 Juni 2022) bertempat di Br. Delod Peken, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar bekerjasama dengan Pemda Gianyar, Universitas Dwijendra, Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Dwijendra, DPC HKTI Kabupaten Gianyar, Wanita Tani Indonesia Daerah Bali, dan Eco Enzyme Nusantara Cabang Gianyar melaksanakan pengabdian masyarakat pada Kelompok Tani Ternak Kambing Selukat Farm dan Sipadu Manu Sejahtera yang merupakan kelompok ternak Sapi. Pengabdian masyarakat ini mengambil tema Pembinaan dan Pengawasan KTT Sapi dan Kambing di Desa Keramas Antisipasi Penyakit Mulut dan Kuku. Acara di buka oleh Perbekel Desa Keramas Gusti Ngurah Sudarsana. Perbekel keramas menekankan bahwa acara pengabdian masyarakat ini sangat penting untuk membahas antisipasi penanggulangan Penyakit Muka dan Kuku pada ternak, apalagi Keramas merupakan basis ternak kambing dan sapi. Penggunaan eco enzyme menjadi perhatian serius di desanya selama ini karena dapat membuat lingkungan bersih dan bahkan sudah menganjurkan pemakaiannya pada 11 subak yang ada di desanya.
Ketua DPD HKTI Bali yang sekaligus Rektor Universitas Dwijendra Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A. menyoroti masalah budaya bertani yang ada di Bali sudah ada sejak zaman dulu, Kegiatan ini hendaknya dilakukan secara seimbang, seperti budaya ternak ada tumpek kandang, budaya tanaman ada tumpek uduh, dan upacara-upacara keagamaan lainnya yang selalu rutin dilakukan oleh petani peternak disamping pengelolaan manajemen bertani yang baik. Melalui manajemen ini diharapkan peternak melakukan pengelolaan lingkungan, pemeliharaan ternak, dan pemasaran ternak dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Gede Sedana juga memberikan masukan untuk pencegahan PMK yaitu dengan menerapkan biosekuriti pada barang, kandang, peternak, tamu, dan ternak itu sendiri sehingga terhindar dari PMK.

Ketua Wanita Tani Bali Tutik Kusuma Wardhani, SE., dalam pandangannya mengatakan penerapan bertani konsep Tri Hita Karana hendaknya dijaga dan diaplikasikan dilapangan dengan sebaik-baiknya, sehingga terjadi keseimbangan alam. Sebagai petani hendaknya memiliki jiwa semangat yang kuat dan memberi harapan yang kuat terhadap kaum melinial dan memiliki jiwa pengabdian yang tinggi untuk bangsa dan negara.
Pemateri Dr. Drh. IKG Nata Kesuma, M.M.A. yang juga selaku sekretaris HKTI Bali membahas permasalahan antisipasi PMK di Bali. Kesehatan hewan berbasis masyarakat sangat penting untuk diterapkan. Sebelum merambah kesehatan pada hewan ternak. Nata Kesuma juga menjelaskan secara gamblang dan latar belakang PMK ini. Penyakit ini merupakan wabah virus yang menyerang hewan ternak ruminansia hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Di Indonesia penyakit ini pernah ada pada tahun 1887. Melalui perjuangan yang keras Provinsi Bali sudah bebas PMK pada tahun 1978. Sedangkan Indonesia bebas PMK dan diakui oleh dunia internasional pada tahun 1986. Efek daripada PMK ini akan berdampak luas dalam perekonomian suatu negara seperti tidak diterimanya produksi daging, susu, oleh suatu negara. Sehingga kita harus sediini mungkin menjaganya supaya PMK ini tidak bisa masuk ke Bali melalui penjagaan ketat pintu masuk dan keluarnya ternak. Ketua HKTI Gianyar Drh. Nyoman Arya Dharma mengatakan disamping pengelolaan lingkungan yang sehat, menjaga kesehatan hewan sangat diperlukan dengan melalui pemberian pakan yang sehat, memberikan vitamin, dan pengobatan yang cepat dan tepat. Dr. Ir. Ni Ketut Karyati, M.P. selaku dekan Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Dwijendra lebih mengedepankan pola konsep agribisnis dalam pengelolaan ternak. Ketersediaan pakan tercukupi, pemeliharaan yang baik serta melakukan analisa usahatani ternak dalam melakukan perhitungan pendapatan petani.
Salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah melalui pembersihan kandang melalui disenfektan memakai Eco Enzyme. Pemateri eco enzyme nusantara Ni Ketut Yudani mengatakan keberadaan eco enzyme dilatar belakangi dengan keberadaan bumi, langit dan air sudah tidak sehat lagi, dibuktikan dengan masih banyak masyarakat yang membuang sampah dengan sembarangan. Sehubungan dengan PMK pada hewan diharapkan keberadaan lingkungan ternak harus sehat terlebih dahulu. Karena fungsi eco enzyme selama ini dapat menyehatkan tanah, udara dan air. Ada banyak lagi kegunaan eco enzyme dalam bidang pertanian dapat sebagai pupuk organik, membersihkan sayur dan buah dan masih banyak lagi manfaat eco enzyme pada bidang lainnya. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan praktek pembuatan eco enzyme oleh petani yang dibimbing dan dipandu oleh eco enzyme nusantara dan para Dosen dari Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Dwijendra, Denpasar yang diteruskan dengan mengaplikasikannya pada kandang kambing dan sapi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *