Jembrana. Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa diminta berperan dalam pengembangan budaya cengkeh di Desa Asah Duren, Pekutatan-Jembrana. Mengingat saat ini petani cengkeh menghadapi masalah penurunan produksi dan keterbatasan pupuk.
“Selain masalah produksi, kita petani menghadapi masalah ketersediaan pupuk kimia. Kita sangat bersyukur hari ini diberikan inovasi pembuatan pupuk organik berbahan serasah” kata Ketua Kelompok Tani Amerta Masa, Kadek Tedun disela-sela acara pengabdian kepada masyarakat (PKM) tingkat nasional yang merupakan kolaborasi dari Universitas Warmadewa dengan Universitas Sam Ratulangi di Pekutatan-Jembrana pada Senin (10/7).
Tedun berharap dengan adanya inovasi pembuatan kompos berbahan serasah dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Petani juga sangat diuntungkan karena dapat mengurangi biaya penyediaan pupuk.
Kepala Desa Asah Duren, I Nyoman Mandia berharap pendamping melalui program PKM dapat terus berlanjut sehingga masyarakat mampu terus berinovasi. Inovasi sangat dibutuhkan masyarakat untuk dapat terus mengembangkan usaha dan dalam upaya mendukung pembangunan di Kabupaten Jembrana.
“Nah ini harapan kami, sehingga nanti untuk bisa menuju Jembrana Emas di tahun 2026.” Ungkapnya.
Sedangkan Camat Pekutatan, I Wayan Yudana meminta agar program pendampingan tidak saja dilakukan di Desa Asah Duren, tetapi juga desa lainnya di Kecamatan Pekutatan. Apalagi akan ada pengembangan Taman Kerti Bali Sentosa di Pekutatan.
“Mudah mudahan melalui program kolaborasi ini berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini juga bisa memadukan antara pariwisata dan pertanian,. Sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan” paparnya.
Dekan Pertanian, Universitas Warmadewa Ir. Dewa Nyoman Sadguna, M.Agb berharap melalui kegiatan pengabdian ini, masyarakat dapat membangun dan mengembangkan usahanya. Pengembangan usaha masyarakat di tingkat Desa nantinya dapat menjadi pendorong dapat usaha mewujudkan desa swadaya.