Agro

Tingkatkan Nilai Tambah Melalui Hilirisasi Pertanian


Berbagai teknologi budidaya telah diintroduksi oleh pemerintah dan diaplikasikan oleh petani berkenaan dengan pengelolaan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan termasuk peternakan. Penerapan teknologi tersebut telah mampu meningkatkan produktivitas pertanian di tingkat petani. Namun, peningkatan tidak serta merta memberikan taambahan atau kenaikan pendapatan secara signifikan. Petani umumnya menjual produknya dalam bentuk segar atau tanpa ada perlakuan pasca-panen yang dapat memberikan nilai tambah (value added). Situasi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena akan memberikan kontribusi terhadap enggannya generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian adalah membangun hilirisasi pertanian baik di perdesaan maupun di perkotaan.
Secara sederhana, hilirisasi pertanian merupakan suatu proses pengelolaan produk pertanian melalui industrialisasi produk pertanian atau dikenal dengan agroindustri. Konsep hilirisasi yang diintroduksi ini meruoakan bagian dari prinsip Empat Guna, yaitu guna bentuk, guna tempat, guna waktu dan guna milik. pada guna bentuk, misalnya produk pertanian perlu diolah agar bentuknya berubah guna memperoleh nilai tambah terutama dalam bentuk rupiah. Pada usahatani padi, gabah yang dihasilkan oleh petani bisa ubah bentuknya melalui industri pengolahan (penggilingan) menjadi beras, tepung, roti dan aneka produk olahan lainnya. Ini berarti bahwa perubahan bentuk produk akan memberikan kenaikan tingkat harga yang diperoleh, dan harus diterima oleh petani.
Apa yang bisa dilajukan untuk implementasi hilirisasi ini di tingkat petani atau kelompok petani?.
Pembentukan unit ekonomis pada kelompok petani (subak, subak-abian dan lembaga lainnya) menjadi bagian yang sangat penting dan agar semakin diintensifkan pengelolaannya. Pembangunan industri pengolahan yang sederhana dapat menjadi titik awal untuk memulai pengolahan produk di tingkat kelompok petani. Guna guna waktu juga memerlukan proses hilirisasi pertanian seperti pembangunan industri pengangkutan dan penyimpanan selain pengolahan produk. Pengaturan waktu untuk penjualan produk pertanian agar menyesuaikan dengan kondisi pasar khususnya keterediaan produk dan harga. Penundaan penjualan produk tersebut membutuhkan industri tempat-tempat penyimpanan sehingga produk tetap tersimpan secara baik serta kualitasnya masih bagus. Terlebih lagi, produk pertanian memiliki sifat cepat rusak. Industri pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan yang berhubungan dengan produk pertanian di perdesaan yang tepat guna dan mudah dikelola oleh petani atau kelompok petani selain memberikan nikai tambah produk, juga bisa menjadi penyedia kesempatan kerja bagi masyarakat lokal termasuk keluarga petani.
Dengan demikian, hilirisasi pertanian memiliki multi-dampak yaitu meningkatkan nilai tambah produk, memproduksi produk olahan yang bervariasi, menyediakan kesempatan kerja di perdesaan yang sekaligus menurunkan angka pengangguran serta mengendalikan migrasi penduduk desa ke kota. Disamping itu, pertumbuhan ekonomi perdesaan menjadi semakin tinggi dan memperlancar pembangunan perdesaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *