Denpasar. Pemuda diminta mengambil peran aktif dalam upaya pengelolaan sampah guna mewujudkan desa yang merdeka atau bebas dari permasalahan sampah. Peran pemuda menjadi penting guna mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi Bali yang telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Pengelolaan sampah berbasis sumber memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkreasi dalam mengolah sampah yang dihasilkan,seperti menjadi kompos, pupuk organik cair, eco-enzyme, breket ataupun menjadi biopestisida.
Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk mengurangi pembuangan sampah dan mengolah sampah di sumbernya. Salah satu sumber sampah adalah dapur rumah tangga dan keterlibatan anggota keluarga dalam mengelola menjadi penting.
“Partisipasi masyarakat tidak terlepas dari partisipasi pemuda untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Pemuda memiliki posisi sebagai agen perubahan lingkungan. Tindakan nyata mereka sebenarnya dapat memengaruhi tidak hanya diri mereka sendiri, orang-orang di dalamnya komunitas mereka, tetapi juga lingkungan itu sendiri” kata akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (FP-Unwar) Dr. Ir. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si, di sela-sela acara sosialisasi dan pelatihan pengolahan limbah sayur dan buah menjadi eco-enzyme yang diselenggarakan oleh mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unwar di Desa Sanur Kauh, Denpasar pada Sabtu (19/8).
Menurut Muliarta yang merupakan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Bali periode 2014-2017, pemuda, terutama kaum milenial, bisa menjadi mitra pemerintah dalam mengatasi masalah sosial. Inovasi dan peran aktif pemuda dalam pengelolaan sampah akan sangat membantu desa-desa di Bali untuk keluar dari permasalahan sampah.
“Melalui inovasinya, pemuda dapat kreatif dalam mengolah sampah. Tentu tidak hanya mengolah sampah mulai dari tingkat rumah tangga, tidak hanya mengolah menjadi kompos, tetapi dapat juga mengolah menjadi produk bernilai ekonomi lainnya, seperti pupuk organic cair, biopestisida ataupun eco-enzyme” jelas pria yang sempat menjadi Reporter Radio Amerika VOA Washington.
Muliarta mengakui guna meningkatkan partisipasi pemuda perlu ada intervensi intensif yang melibatkan pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah. Sosialisasi bulanan atau dua bulanan, dan penghargaan diperlukan untuk mengoptimalkan partisipasi pemuda dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Kaum muda pada sisi lain dianggap sebagai kelompok konsumen yang paling rentan terhadap limbah makanan.
Trio Jayasandi, salah seorang pemuda Desa Sanur Kauh mengakui sosialisasi dan pelatihan pembuatan eco-enzyme sangat bermanfaat dalam upaya mengurangi volume sampah di rumah tangga. “Bagi saya sangat bermanfaat, apalagi saya yang mempunyai warung yang setiap hari banyak menghabiskan sisa sayur” ujar Trio
Menurutnya acara sosialisasi dan pelatihan mesti lebih rutin dan berkelanjutan. Apalagi program ini sejalan dengan upaya pengelolaan sampah berbasis sumber.