Tabanan – Sejarah bangsa Indonesia mencatat bahwa Puputan Margarana merupakan suatu peristiwa heroik dari pasukan Ciung Wanara bersama-sama rakyat yang dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai untuk menjaga kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dari penjajah yang ingin menguasai kembali tanah tumpah darah kita sampai pada tetes darah penghabisan yang dinamakan “Puputan Margarana”.
Puputan memiliki makna bahwa pengorbanan dalam peperangan untuk membela kebenaran, keadilan, mempertahankan harkat dan martabat, serta kedaulatan bangsa, merupakan perjuangan secara ikhlas, terhormat dan bukan pengorbanan yang sia-sia. Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok. Oka Sukawati saat memimpin Upacara peringatan hari Puputan Margarana ke-76 Tahun 2022, di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Minggu (20/11).
Ditambahkannya, sebagai penghargaan atas hal itu, kita memperingati peristiwa Puputan Margarana setiap tahun. Upacara peringatan ini bukan hanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan yang kita nikmati, tetapi sekaligus sebagai refleksi terhadap jati diri sebagai bangsa bermartabat yang dilahirkan oleh para pejuang.
Perjuangan dan pengorbanan tanpa pamrih para pahlawan dalam peristiwa heroik Puputan Margarana tanggal 20 Nopember 1946 tersebut patut dijadikan contoh dan teladani semangat perjuangan para pahlawan oleh semua komponen masyarakat pada era sekarang ini, dalam mengisi kemerdekaan demi mencapai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. “Sejalan dengan hal tersebut, maka sangatlah tepat tema yang diangkat dalam peringatan saat ini adalah “MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI PUPUTAN MARGARANA MENUJU BALI UNGGUL, yakni berjuang melawan kemalasan dan kebodohan,” tegas Wagub Cok Ace.
“Banyak hal yang dapat diteladani dari peristiwa sejarah masa lalu, salah satunya adalah kebersamaan dalam berbagai perbedaan. Kita boleh berbeda dalam tugas dan fungsi masing-masing, namun hendaknya bersama- sama dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.
Contohnya, dalam konteks budaya Bali, kita memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang Adi Luhung, antara lain konsep Tri Hita Karana dan konsep menyama braya. Nilai kearifan lokal tersebut pada hakekatnya selaras dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsep Tri Hita Karana mengajarkan keharmonisan dan keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam serta lingkungan. Sedangkan konsep menyama braya mengajarkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan sehari-hari,” imbuh Wagub Cok Ace.
Lebih lanjut disampaikan, bahwa bercermin dari konsep nilai perjuangan masa lalu yang diadaptasikan dengan konsep- konsep pembangunan pada masa sekarang ini, maka melalui momentum peringatan Hari Puputan Margarana ke-76 Tahun 2022 ini, Wagub Cok Ace mengajak seluruh krama Bali untuk terus memupuk dan meningkatkan rasa solidaritas sosial dengan dijiwai oleh semangat dan nilai- nilai luhur kepahlawanan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Bali dengan Visi, Misi dan Program Pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana yang bermakna “Menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, untuk Mewujudkan Kehidupan Krama Bali yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Menuju Kehidupan Krama dan Gumi Bali Sesuai dengan Prinsip Trisakti Bung Karno, Berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila 1 Juni 1945.
Lebih lanjut lagi, Wagub Cok Ace menegaskan bahwa momentum historis ini aga menjadi dasar pijakan dalam mensukseskan pembangunan daerah Bali dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peringatan hari Puputan Margarana ke-76 tahun 2022 yang juga dihadiri oleh Ketua DPRD Provinsi Bali, Wakil Bupati Tabanan dan segenap unsur terkait juga diisi dengan peletakan karangan bunga dan tabur bunga di pusara pejuang kemerdekaan, sekaligus dilengkapi dengan penandatanganan Surat Sakti dan Panji-Panji Perjuangan I Gusti Ngurah Rai.