Agro

Penguatan & Pemberdayaan SDM Pertanian Sebagai Pondasi Pembangunan Ekonomi Bali

Sektor pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Provinsi Bali yang selama ini bertumpu pada sector pariwisata sebagai sektor unggulan dan andalan, sedangkan sector pertanian dan sector lainnya sebagai pendukung. Sumbangan sektor petanian terhadap PDRB Bali dari tahun ke tahun cendrung fluktuatif baik disektor primer skunder maupun tersier. Potensi SDM petani sekitar 477.439 orang, dengan kelembagaan pertanian tradisioanal seperti Subak menjadi modal dasar warisan budaya untuk menggerakkan dinamika petani dalam melakukan usaha taninya. Fasilitas saprodi yang mudah diakses dengan dukungan teknologi pertanian yang cukup mudah diadopsi sangat memberikan harapan untuk perkembangan pertanian di Bali. Berbagai kebijakan, program, kegiatan untuk peningkatan kapasitas petani dalam rangka percepatan peningkatan produksi pertanian yang dilakukan pemerintah yang berkesinambungan melalui penataan lahan, pola tanam dan penguatan kapasitas petani telah dilakukan secara terus menerus, namun sampai saat ini belum memberikan hasil yang maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan kapasitas petani belum mampu memberikan perubahan sikap dan perilaku petani menuju petani yang modern, professional dan mandiri .
Sikap perilaku petani yang masih berpikir konvensional selama ini merupakan kelemahan SDM pertanian baik di sector hulu maupun pasca panen , pemasaran dan distribusi produk pertanian, sehingga banyak nilai yang seharusnya dapat meningkatkan keuntungan, akhirnya hilang begitu saja bahkan dinikmati oleh orang lain. Kelemahan pada manajemen tersebut menyebabkan produk pertanian tidak memberikan nilai tambah terhadap produk sehingga tidak dapat mampu bersaing sesuai dengan tuntutan pasar. Walaupun dalam kondisi yang serba terbatas, dimasa Pandemi Covid-19 justru sector pertanian cukup menggeliat dan memberikan kontribusi cukup siginifikan terhadap PDRB sector terutama disektor tersier sebesar 62.3, sector skunder sebesar : 11,29, dan sector primer sebesar : 26, 41. Disisi lain sector pariwisata menurun drastis bahkan pada angka minus 9-11 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergeseran peran antar sector terhadap pertumbuhan ekonomi bali dampak dari Pandemi Covid-19, yang menyebabkan menurunnya arus barang dan manusia antar wilayah khususnya dari luar negeri. Dalam kondisi tersebut tersebut, jika dipotret dari aspek ilmu ekonomi, pendapatan masyarakat berkurang, tabungan otomatis berkurang dan bahkan nol, sedangkan konsumsi relatif konstan terutama konsumsi pangan, maka produksi pertanian menjadi sebuah kebutuhan karena menyangkut hayat hidup manusia sehingga ketersediaan pangan menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu momentum yang sangat baik ini dimasa pandemic covid-19, sangat baik untuk melakukan reposisi kebijakan sector pertanian yang semula sebagai pendukung pembangunan ekonomi Bali, harus diarahkan sebagai pondasi ekonomi Bali. Pergeseran peran sector sudah sepatutnya dievaluasi mulai dari kebijakan, program dan kegiatan yang dimawali dengan penataan regulasi sampai kepada penguatan kapasitas petani dengan pola edukasi yang lebih tetap sasaran. Kelembagaan petani ditata lebih intensif dengan fasilitasi infrastruktur pertanian, sarana prasaran lebih terarah untuk menghasilkan out put dan outcome yang lebih terukur dan berkesinambungan.

oleh : Nyoman Suparta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *