Uncategorized

Petani Jeruk Diminta Prioritaskan Penggunaan Biopestisida

Denpasar, – Semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan, mendorong para petani untuk mencari alternatif pestisida yang lebih ramah lingkungan. Mengingat hal tersebut, para petani jeruk di Bali, khususnya, diminta untuk lebih memprioritaskan penggunaan biopestisida dalam upaya penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Ir. Ni Putu Anom Sulistiawati, M.Si, akademisi dari Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar), dalam sebuah diskusi yang digelar belum lama ini. Menurut Anom Sulistiawati, penggunaan biopestisida memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan pestisida kimia sintetis.

Anom Sulistiawati menyampaikan biopestisida terbuat dari bahan-bahan alami seperti bakteri, jamur, atau ekstrak tumbuhan. Penggunaan biopestisida tidak hanya efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit, tetapi juga lebih aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.

“Penggunaan bahan alami seperti daun jeruk nipis, menjadi salah satu usaha penyediaan pestisida organic atau alami sebagai bahan pemeliharaan tanam jeruk” kata Anom Sulistiawati yang merupakan Ketua Tim PkM

Anom menegaskan bahan alami dari tumbuhan atau pestisida alami merupakan cara alternatif yang aman untuk digunakan. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya aman.

Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati (biopestisida) bermacam-macam diantaranya adalah tumbuhan selasih,sirih, pepaya dan daun jeruk nipis. Dimana lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 255 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida, salah satunya adalah jeruk nipis (citrus aurantiifolia) mengandung bahan beracun yang disebut limonoida yang merupakan senyawa dengan golongan terpenoid yang berfungsi sebagai larvasida.

Jeruk nipis merupakan nama lain lime, limau, jeruk asam yang banyak digunakan masyarakat sebagai penyedap masakan, obat-obatan, kecantikan dan juga sebagai pestisida organik. Daun jeruk nipis mngeluarkan aroma yang harum. Dalam setiap helai daun jeruk niis mengandung ekstrak aroma yang terdiri berbagai jenis minyak esensial. Beberapa jenis aroma yang khas tersebut antara lain aroma citrus dan sitronelal. Selain itu setiap daun jeruk nipis juga mengandung beberapa beberapa senyawa aktif seperti flavonoid, luteolin, limonene, dan masih banyak yang lain

Lebih lanjut, Anom Sulistiawati menjelaskan bahwa penggunaan biopestisida secara berkelanjutan dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. “Dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, kita dapat melestarikan populasi serangga bermanfaat seperti lebah, yang berperan penting dalam proses penyerbukan,” tambahnya.

Meskipun memiliki banyak manfaat, penggunaan biopestisida masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti ketersediaan yang terbatas, harga yang relatif mahal, dan efektivitas yang terkadang belum seoptimal pestisida kimia.

Anom Sulistiawati berharap, dengan semakin banyaknya petani yang beralih menggunakan biopestisida, kualitas dan kuantitas produksi jeruk di Bali dapat terus meningkat. Selain itu, penggunaan biopestisida juga dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *