OLEH : ENTANG SASTRAATMADJA
Tentu akan ada alasan yang bisa diterima oleh akal sehat, mengapa Presiden Prabowo menamai Kabinet yang dibentuknya dengan nama Kabinet Merah Putih. Atau bisa juga orang-orang mempertanyakan, mengapa tidak dinamai dengan Kabinet Abu-abu ? Ini penting diselami, karena yang namanya Kabinet suatu Pemerintahan, pasti berisikan orang-orang pilihan.
Arti "merah putih" dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, senantiasa berkaitan dengan nilai idealisme, nasionalisme dan patriotisme. Warma merah menggambarkan keberanian untuk meraih sebuah cita-cita mulia, sedangkan warna putih menyiratkan kesucian atau kebersihan seseorang dalam melakoni kiprah hidupnya.
Bagi Presiden Prabowo, kehadiran dan keberadaan Kabinet Merah Putih dalam Pemerintahan yang dipimpinnya,, tentu bukan hanya sekedar memilih orang-orang yang cukup akhli di bidangnya (Zaken Kabinet), namun juga para Pembantunya ini, benar-benar merupakan sosok-sosok yang memiliki daya juang tinggi untuk menjawab masalah pembangunan yang menghadangnya.
Bersama Kabinet Merah Putih, Presiden Prabowo optimis mampu memberi jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan seabreg persoalan.yang ada. Prabowo berikhtiar untuk menjawab hal-hal yang tidak mungkin, menjadi mungkin. Prabowo juga bertekad kuat untuk memerangi kemiskinan dan kelaparan yang masih menimpa sebagian warga bangsa.
Banyak versi yang memberi makna terhadap kelaparan. Salah satunya, kelaparan didefinisikan sebagai jenis krisis kelaparan yang paling parah. Hal ini sangat jarang terjadi, tetapi jika terjadi, berarti terjadi kekurangan makanan yang ekstrim dan banyak anak-anak serta orang dewasa di suatu daerah meninggal karena kelaparan setiap hari.
Selanjutnya, apa yang disebut dengan bencana kelaparan, paceklik, atau kahat (bahasa Inggris: famine) adalah sebuah bencana besar yang dikarenakan kurangnya bahan pangan di suatu wilayah. Efeknya tersebar luas, dan kerusakan yang disebabkan oleh bencana kelaparan bisa bertahan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Kelaparan yang parah dan berkepanjangan, dialami oleh sebagian besar penduduk suatu wilayah atau
negara, mengakibatkan meluasnya penyakit malnutrisi dan kematian. Kelaparan biasanya berlangsung dalam waktu terbatas, mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Kelaparan tidak dapat berlangsung terus-menerus, kecuali karena populasi yang terkena dampaknya pada akhirnya akan punah.
Kelaparan, seperti halnya perang dan epidemi , telah terjadi sejak zaman dahulu. Kelaparan mencapai skala yang mengerikan, tidak hanya pada zaman tertentu, tetapi juga sepanjang sejarah. Contoh dari abad ke-20, termasuk kelaparan di Tiongkok tahun 1959–61, yang mengakibatkan 15–30 juta kematian. Lalu, kelaparan di Etiopia tahun 1984–85, yang menyebabkan sekitar 1 juta kematian tetapi memengaruhi lebih dari 8 juta orang. Dan kelaparan di Korea Utara sekitar tahun 1995–99, yang menewaskan sekitar 2,5 juta orang.
Dalam orasi Guru Besar nya, Prof. Drajat Martianto dari IPB University menyatakan Indonesia saat ini menghadapi triple burden of malnutrition, 3 masalah gizi sekaligus, yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas dan kurang gizi mikro (KGM) atau disebut sebagai kelaparan tersembunyi (the hidden hunger)".
Tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini bukan lagi kurang energi dan protein, tetapi kelaparan tersembunyi (hidden hunger), berupa defisiensi zat gizi mikro, khususnya defisiensi zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya. Bentuk kelaparan semacam ini, betul-betul merisaukan.
Di negeri ini, rakyat kelaparan adalah hal yang biasa. Yang tidak biasa jika pejabat kelaparan. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, kelaparan bukanlah kondisi yang diinginkan. Dalam melakoni pembangunan, jangan sampai ada warga bangsa yang hidup nya kelaparan. Menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama untuk menghapuskan kelaparan.
Sebagaimana yang kita pahami bersama, tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi.
Dunia tanpa kelaparan telah ditetapkan sebagai tujuan ke 2 Sustainable Development Goals (SDGs). Secara lengkap dari tujuan ke 2 ini adalah tanpa kelaparan (Zero Hunger). Semangat yang ingin diraih mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan tanpa kelaparan dalam SDGs diatas adalah berkaitan dengan urusan perut. Bicara soal perut, pasti akan berhubungan dengan pangan dan gizi yang dikonsumsi. Itu sebab nya antara kelaparan dan ketahanan pangan dan gizi memiliki korelasi yang positip. Kedua nya saling mengisi dan melengkapi.
Sekitar 72 tahun lalu, Proklamator bangsa Indonesia Bung Karno telah mengingatkan urusan pangan terkait dengan mati hidup nya suatu bangsa. Oleh karena nya, kita jangan sekali pun bermain-main dengan urusan pangan ini. Hal ini penting dicatat dan diresapkan dalam-dalam, karena tanpa pangan identik dengan tanpa kehidupan.